Minggu pagi hari ini
sangat sejuk, hawa yang tepat tuk terbuai lamunan. Waktu masih
menunjukkan pukul 4:45 pagi. Tetapi Aku sudah melakukan pemanasan di
Taman Rumah. Dari dalam rumah, keluar seseorang dengan Kain Lap yang
tergantung di pundak sambil membawakan secangkir Teh lengkap dengan roti
disebelahnya.
“Diminum dulu, den” ucapnya sembari meletakkan Cangkir dan Roti diatas Meja.
“Iya Bi, makasih banyak ya” balasku dengan senyum.
“Diminum dulu, den” ucapnya sembari meletakkan Cangkir dan Roti diatas Meja.
“Iya Bi, makasih banyak ya” balasku dengan senyum.
Aku pun mendekati meja
dan menyeruput Teh yang telah disajikan oleh Bi Inah. Lalu melanjutkan
pemanasan pagi tersebut hingga pukul 5:30. Pada waktu yang telah
direncanakan, aku pun langsung berganti baju dan langsung mengendarai
Mobilku.
Waktu menunjukkan
pukul 5:45 ketika Aku tiba sekitar 1 km dari lokasi CFD. Aku pun menuju
ke lokasi dimana aku biasa memarkirkan mobilku disaat CFD. Setelah
memastikan mobil kuparkir dengan benar, Aku pun menyiapkan sepeda lipat
dari dalam Bagasi mobil dan mulai bersepeda menuju lokasi CFD.
Setibanya di lokasi
CFD, Aku pun langsung mencari teman temanku seperti yang sudah kami
dijanjikan malam tadi. Akhirnya Aku menemukan Teman-temanku tidak jauh
dari lokasi para Fans AKB48 berkumpul. Aku pun menghampiri
teman-temannya.
“Pagiii broh..!” Teriakku pada mereka disambut Toss satu persatu.
“Eh, kemana aje lu Fiz? Kok baru datang?” Tanya Nicko.
“Hehe, biasa broh, di Jalan tadi godain cewe dulu” Ujarku bercanda.
“Eh, tadi ada cewe cakep banget, bro! Kayaknya sih keturunan Jepang gitu. Rugi banget lo gak liat dia” Ucap temanku yang lain, Anvil.
“Ah, cewe Jepang mah banyak, biasa aja kali” Balasku pada Anvil.
“Jiahh, ini beda bro, mukanya itu Innocent banget”
“Biarin, mau Innocent, mau muka apaan juga gue gak peduli” Ucapku sok cuek.
•••
“Pagiii broh..!” Teriakku pada mereka disambut Toss satu persatu.
“Eh, kemana aje lu Fiz? Kok baru datang?” Tanya Nicko.
“Hehe, biasa broh, di Jalan tadi godain cewe dulu” Ujarku bercanda.
“Eh, tadi ada cewe cakep banget, bro! Kayaknya sih keturunan Jepang gitu. Rugi banget lo gak liat dia” Ucap temanku yang lain, Anvil.
“Ah, cewe Jepang mah banyak, biasa aja kali” Balasku pada Anvil.
“Jiahh, ini beda bro, mukanya itu Innocent banget”
“Biarin, mau Innocent, mau muka apaan juga gue gak peduli” Ucapku sok cuek.
•••
Sudah pukul 10:00,
“berarti sekarang saatnya pulang” Pikirku. Aku pun berpamitan pada
temannya dan langsung memacu sepedaku ke lokasi Mobil kuparkir tadi.
Selama perjalanan, ada satu hal yang mengganggu pikiranku. Yakni wanita
Jepang yang diceritakan oleh Anvil tadi. Sebenarnya aku sangat ingin
mengetahui seperti apa wanita yang dibilang oleh Anvil tadi. Namun
karena gengsi, aku pun berpura-pura cuek seolah tidak peduli sama
sekali.
Brakk..!! Sepedaku menabrak seseorang.
“Duhh, hati-hati dong. Perih nih!” ujar Wanita itu dengan logat Japanese sambil memegangi tangan kirinya yang mengeluarkan darah.
“Ma.. maaf.. Aku gak sengaja.” Balasku panik sambil menuju kearahnya
“Maaf banget ya, aku gak sengaja, sakit ya?” Tambahku
“Ya sakitlah! Nanya mulu ih, tolongin aku dong. Bawa aku ke Rumah Sakit atau apaan gitu” Ucap Wanita itu dengan muka polos
Karena tempatnya tidak terlalu jauh dari lokasi Aku memarkirkan mobil, Aku pun menggendong wanita tersebut dan membawanya kedalam Mobil. Kupacu mobilku menuju Klinik terdekat dan meninggalkan sepedaku begitu saja. Karena Aku sudah mengenal lokasi ini dengan baik, jadi aku tau dimana klinik terdekat.
Brakk..!! Sepedaku menabrak seseorang.
“Duhh, hati-hati dong. Perih nih!” ujar Wanita itu dengan logat Japanese sambil memegangi tangan kirinya yang mengeluarkan darah.
“Ma.. maaf.. Aku gak sengaja.” Balasku panik sambil menuju kearahnya
“Maaf banget ya, aku gak sengaja, sakit ya?” Tambahku
“Ya sakitlah! Nanya mulu ih, tolongin aku dong. Bawa aku ke Rumah Sakit atau apaan gitu” Ucap Wanita itu dengan muka polos
Karena tempatnya tidak terlalu jauh dari lokasi Aku memarkirkan mobil, Aku pun menggendong wanita tersebut dan membawanya kedalam Mobil. Kupacu mobilku menuju Klinik terdekat dan meninggalkan sepedaku begitu saja. Karena Aku sudah mengenal lokasi ini dengan baik, jadi aku tau dimana klinik terdekat.
Setibanya di Klinik,
aku pun langsung menggendong Wanita tersebut dan membawanya masuk ke
Klinik. Seorang suster pun berlari kecil mendekatiku.
“Ada yang bisa dibantu, mas?” Tanya Suster tersebut
“Bego! Liat ni cewe, pake nanya lagi” Teriakku sambil menunjuk Wanita yang kugendong dengan dagu
“Maaf mas, Bawa ke kamar itu saja, ada Bidannya kok didalam” Balas suster tersebut sambil menunjuk sebuah Ruangan yang terbuka.
“Ada yang bisa dibantu, mas?” Tanya Suster tersebut
“Bego! Liat ni cewe, pake nanya lagi” Teriakku sambil menunjuk Wanita yang kugendong dengan dagu
“Maaf mas, Bawa ke kamar itu saja, ada Bidannya kok didalam” Balas suster tersebut sambil menunjuk sebuah Ruangan yang terbuka.
Aku pun melakukan apa
yang dikatakan oleh Suster tadi, ketika memasuki ruangan, aku disambut
oleh seorang wanita. Wanita itu langsung mengambil berbagai macam alat
dan memintaku untuk menunggu diluar. Aku pun keluar dan menuju Toilet
untuk membersihkan darah di tanganku.
Beberapa saat
kemudian, Wanita Jepang itu keluar dari ruangan dengan tangan kiri
diperban. Ia berjalan lesu dan duduk disebelahku.
“Maaf yaa, tadi aku kurang hati-hati” Ujarku membuka pembicaraan
“Mm, tidak apa-apa” Balasnya dengan logat Japanese dan Senyum yang sangat menawan
“Kalau boleh tau, nama kamu siapa?”
“mm.. aku.. Aku Rena”
“Kamu orang mana sebenarnya? Kok Bahasa Indonesia kamu kurang lancar?”
“Aku orang Jepang”
“Lah? Kenapa orang Jepang namanya Rena? Biasa orang Jepang namanya Sadako gitu” Ujarku bercanda
“Haha, Rena itu.. Rena itu juga nama Jepang, nama aku Rena Nozawa”
“Oh, Rena Nozawa, aku Hafiz. Yaudah, kamu aku anterin pulang yaa? Ayo”
•••“Maaf yaa, tadi aku kurang hati-hati” Ujarku membuka pembicaraan
“Mm, tidak apa-apa” Balasnya dengan logat Japanese dan Senyum yang sangat menawan
“Kalau boleh tau, nama kamu siapa?”
“mm.. aku.. Aku Rena”
“Kamu orang mana sebenarnya? Kok Bahasa Indonesia kamu kurang lancar?”
“Aku orang Jepang”
“Lah? Kenapa orang Jepang namanya Rena? Biasa orang Jepang namanya Sadako gitu” Ujarku bercanda
“Haha, Rena itu.. Rena itu juga nama Jepang, nama aku Rena Nozawa”
“Oh, Rena Nozawa, aku Hafiz. Yaudah, kamu aku anterin pulang yaa? Ayo”
►Senin, 4 April 2016
Suasana kelas
terdengar riuh, waktu masih menunjukkan pukul Delapan kurang sepuluh
menit. Aku berjalan memasuki ruang kelas dan menuju ke dekat Nabilah.
“Hello Yu!! Lama gak jumpa, kangen gak lu sama gue? Haha! Ngaku aja deh” Ucapku sambil tertawa
“Kangen apaan, tiap hari selama liburan ketemu lu melulu” Jawabnya ketus
“Haha, lu habis liburan kemarin Cuma dua minggu, sebentar banget”
“Terserah lu deh, Fiz. Oh iya, lu pasti belum buat PR Fisika kan?” Ledeknya
“Haa? Fisika ada PR ya? Mampus, liat dong. Delapan menit lagi masuk nih” Jawabku panik
“Nahloh, makanya, yaudah nih.” Kata Nabilah sembari menyodorkan sebuah buku
“Hello Yu!! Lama gak jumpa, kangen gak lu sama gue? Haha! Ngaku aja deh” Ucapku sambil tertawa
“Kangen apaan, tiap hari selama liburan ketemu lu melulu” Jawabnya ketus
“Haha, lu habis liburan kemarin Cuma dua minggu, sebentar banget”
“Terserah lu deh, Fiz. Oh iya, lu pasti belum buat PR Fisika kan?” Ledeknya
“Haa? Fisika ada PR ya? Mampus, liat dong. Delapan menit lagi masuk nih” Jawabku panik
“Nahloh, makanya, yaudah nih.” Kata Nabilah sembari menyodorkan sebuah buku
Pukul Delapan lewat
lima belas menit, Pak Erward masuk ke dalam kelas. Ada yang tidak biasa
kali ini, seorang gadis berwajah Jepang berjalan mengikutinya. Gadis itu
mengenakan Seifuku atau Pakaian sekolah Jepang, aku mengetahui ini
karena aku merupakan seorang yang menyukai Budaya Jepang. Aku merasa
mengenali gadis itu, mukanya sangat Familiar. Gadis itu tidak mengikuti
Pak Erward kedalam kelas. Ia berhenti di depan pintu dan hanya berdiri
disana.
“Beri hormat!” Teriak Ketua Kelas, Fauzan sambil membungkukkan badan disusul oleh murid lainnya dan disambut oleh sang guru.“Baiklah, Selamat Pagi semua”
“Pagi, Pak!” Jawab seluruh kelas serentak
“Pertama, saya mengucapkan selamat datang kembali di sekolah setelah libur Ujian tengah semester lalu. Berarti sekarang saatnya undian bangku! Tetapi sebelum itu, bapak ingin memperkenalkan siswi baru di Sekolah kita.” Sontak seluruh kelas menjadi heboh.
“Karena dia murid baru, maka undian bangku akan bapak mulai darinya. Sebelum itu, bapak ingin dia memperkenal dirinya dahulu. Silahkan” Siswi itupun berjalan memasuki kelas, aku mencoba mengingat dimana aku pernah melihatnya, tetapi sia-sia, aku tidak bisa mengingatnya.
“Perkenalkan semuanya, aku Rena Nozawa. Aku dari Jepang. Semoga kita bisa akrab, mohon bantuannya semua. Terima Kasih” Ucap gadis itu dengan logat Jepang.
“Oh iya! Dia Rena, aku ingat, aku pernah nabrak dia di CFD bulan lalu!” Batinku
“Baiklah, kita akan mulai pengundian bangku, dimulai dari Rena”
Pengundian bangku
telah selesai, aku duduk sebangku dengan Rena, sedangkan Nabilah duduk
di belakangku. Aku mencoba membuka pembicaraan.
“Hallo Rena, masih ingat aku?” Tanyaku ramah“Hmm, maaf, aku gak tau.” Jawabnya sambil menunduk
“Wah, gak inget ya? Boleh aku pegang tangan kiri kamu?” Tanyaku, ia pun mengangguk, aku memegang tangannya dan melihat tangannya tersebut.
“Ini, kamu inget orang yang bikin bekas luka ini?” Ujarku sambil menunjuk sebuah bekas luka yang samar
“Haa? Kalau gitu, berarti kamu.. Hafiz ya?!” Jawabnya spontan
“Iya, hehe, kebetulan banget kamu disini.”
“Heh, bicara mulu lu Fiz, ntar kena tabok baru tau” Ucap Nabilah tiba-tiba
“Ih, ganggu aja lu, cemburu lu kan? Haha” Balasku bercanda
•••
►Senin, 20 Desember 2016
Sudah hampir Delapan
Bulan Aku, Nabilah, dan Rena menghabiskan waktu bersama. Sejak awal Rena
masuk sekolah kami, kami selalu mengajaknya untuk bermain, belajar, dan
melakukan hal lainnya. Waktu menunjukkan pukul Dua siang, dengan
menggunakan seragam sekolah, kami bertiga berjalan menuju Perpustakaan
kota.
“Duh Rena, kamu dari tadi sibuk Foto mulu nih.” Ujarku ketus. Ya, hobi Rena adalah Fotografi. Sejak awal keakrabannya dengan kami, hampir setiap kegiatan yang kami lakukan pasti diabadikan oleh Rena.
“Hehe, gimana lagi. Tangan aku gatel banget pengen Foto setiap saat.”
“Huh, iyadeh, terserah kamu aja” Balasku
Di Perpusatakaan
“Ehh, Fiz, baca apaan sih lu, asik banget” Tanya Nabilah menghampiriku yang sedang asyik
“Ah, ganggu aje lu. Nih, gue lagi baca buku tentang Lucid Dream karangan Shephen La Berge, bahasa inggris nih, gak bakal ngerti lu” Jawabku ketus
“Lucid Dream? Apaan tuh?”
“Lucid Dream itu keadaan dimana seseorang sadar bahwa ia sedang bermimpi dan ia dapat mengendalikan mimpinya”
“Wah, keren tuh. Tapi sekarang, bantuin gue sama Rena dulu dong buat bikin tugas”
“Duh Rena, kamu dari tadi sibuk Foto mulu nih.” Ujarku ketus. Ya, hobi Rena adalah Fotografi. Sejak awal keakrabannya dengan kami, hampir setiap kegiatan yang kami lakukan pasti diabadikan oleh Rena.
“Hehe, gimana lagi. Tangan aku gatel banget pengen Foto setiap saat.”
“Huh, iyadeh, terserah kamu aja” Balasku
Di Perpusatakaan
“Ehh, Fiz, baca apaan sih lu, asik banget” Tanya Nabilah menghampiriku yang sedang asyik
“Ah, ganggu aje lu. Nih, gue lagi baca buku tentang Lucid Dream karangan Shephen La Berge, bahasa inggris nih, gak bakal ngerti lu” Jawabku ketus
“Lucid Dream? Apaan tuh?”
“Lucid Dream itu keadaan dimana seseorang sadar bahwa ia sedang bermimpi dan ia dapat mengendalikan mimpinya”
“Wah, keren tuh. Tapi sekarang, bantuin gue sama Rena dulu dong buat bikin tugas”
Waktu menunjukkan pukul Tujuh Malam, kami terlambat pulang karena tugas yang kami buat cukup banyak.
“Duh, udah jam Tujuh nih. Aku janji pulang sama Orang tua aku jam lima, tugasnya belum selesai lagi” Ucap Rena sedikit panik
“Yaudah, gak usah takut, aku sama Nabilah bakal anterin kamu pulang, biar kami yang ngomong sama orang tua kamu, tugasnya kita lanjutin besok aja” Jawabku santai
“Wah, beneran? Makasih yah! Ayo Jalan!” Ucap Rena semangat
“Yaelah, semangat banget ni anak kalau Jalan” Ketusku pelan
“Namanya juga orang Jepang, Fiz. Biasa Jalan mah kalau disana” Ujar Nabilah
•••“Duh, udah jam Tujuh nih. Aku janji pulang sama Orang tua aku jam lima, tugasnya belum selesai lagi” Ucap Rena sedikit panik
“Yaudah, gak usah takut, aku sama Nabilah bakal anterin kamu pulang, biar kami yang ngomong sama orang tua kamu, tugasnya kita lanjutin besok aja” Jawabku santai
“Wah, beneran? Makasih yah! Ayo Jalan!” Ucap Rena semangat
“Yaelah, semangat banget ni anak kalau Jalan” Ketusku pelan
“Namanya juga orang Jepang, Fiz. Biasa Jalan mah kalau disana” Ujar Nabilah
►Selasa, 21 Desember 2016
Pukul Dua siang, aku
dan Nabilah berkunjung ke Rumah Rena untuk melanjutkan tugas yang belum
sempat kami selesaikan kemarin. Di dalam kamar Rena, terdapat banyak
foto yang bergantungan, aku tidak terlalu kaget mengingat kebiasaan Rena
yang selalu memotret hampir setiap kegiatannya.
“Keren! Banyak banget foto-foto di Kamar Kamu” Kagum Nabilah
“Biasa aja keles Yuu, kaya’ gak tau hobi Rena aja, ye kan Ren?” Ledekku yang disambut tawa ringan oleh Rena.
“Aku ambil minuman dan makanan dulu ya dibawah” Ucap Rena
“Oke, yang banyak ya Ren, aku laper nih.” Ceplos Nabilah
“Keren! Banyak banget foto-foto di Kamar Kamu” Kagum Nabilah
“Biasa aja keles Yuu, kaya’ gak tau hobi Rena aja, ye kan Ren?” Ledekku yang disambut tawa ringan oleh Rena.
“Aku ambil minuman dan makanan dulu ya dibawah” Ucap Rena
“Oke, yang banyak ya Ren, aku laper nih.” Ceplos Nabilah
Aku melirik ke arah Jam Dinding, sudah pukul lima. Tak terasa sudah hampir dua jam kami menyelesaikan Tugas ini.
“Yosh! Selesai! Akhirnya bisa tidur juga nanti” Ucapku sambil membentangkan tangan“Ah, tidur mulu pikiran lu, kalau lu nikah sama Achan anak kelas sebelah, gimana ya keluarga kalian ntar. Haha” Canda Nabilah
Kami pun berjalan
meninggalkan Rumah Rena setelah Pamit. Sore ini cuaca terlihat mendung,
namun angin yang menghebus membuat nyaman.
“Oh iya! Andro aku ketinggalan di Rumah Rena!” Ucapku sambil menepuk jidat“Yaelah, gimana sih Fiz? Balik lagi deh kita? Kan udah deket, noh rumah udah keliatan”
“Hmm, yaudah, kamu duluan aja deh. Biar aku aja yang ngambil sendiri. Dadah Yuu~ haha” Ucapku sambil mencubit pipinya
Di rumah Rena, aku
disambut oleh orang tuanya. Aku mengatakan tujuanku dan diperbolehkan
untuk langsung ke kamar Rena. Di dalam HP itu, terdapat curhatanku
tentang seseorang, seseorang yang aku suka, aku berharap Rena tidak
membacanya!
Aku pun menaiki tangga
dan sudah di depan kamar Rena. Aku hampir mengetuk pintu tersebut
sesaat sebelum kudengar suara dari dalam. Aku mendekatkan telingaku
untuk mendengarkan. Terdengar suara tangisan dari dalam.
“Aku tau, pasti Hafiz sayang sama Nabilah. Tapi kenapa aku masih gak bisa lupain dia sih! Baka!”“Fiz, andai aja kamu tau, aku sayang sama kamu. Banget! Kalau aja kamu tahu, sejak pertama ketemu waktu kamu nabrak aku, aku udah ada Felling tau gak.” Ucap Rena berbicara dengan dirinya sendiri
Aku membuka pintu
perlahan, Rena terlihat kaget akan kedatanganku. Air mata mengalir di
pipi Rena. Secepat kilat ia membersihkan air matanya dan tersenyum. Aku
tertawa melihatnya.
“Haha, kamu beneran sayang sama aku?” Ucapku sambil tersenyum“Ihh, kamu pasti tadi dengar ya? Jahat!” Balas Rena sambil memukulku perlahan
“Sini Andro aku, biar aku jelasin dulu” Ujarku, Rena pun memberikan hp milikku, terlihat di Layar sebuah note dengan kata-kata puitis dengan nama Nabilah di setiap baitnya.
“Makanya, kalau baca itu sampe habis. Nih liat” Aku scroll layar kebawah, dibagian bawah note tertulis “Tugas Bahasa Indonesia”. Muka Rena terlihat memerah karena perkataanku.
“Kamu mau tau sesuatu? Malam tahun baru nanti! Kamu ikut perayaan tahun baru Sekolah ya!”
“Tapi.. tapi..”
“Yaudah, kalau gitu, aku pamit yah!”
•••
►Rabu, 22 Desember 2016
Sehari setelah
kejadian kemarin, Rena terlihat agak canggung dengan kami. Aku berusaha
sebisa mungkin untuk membuat Rena nyaman. Tetapi tampaknya Rena tidak
berhasil terbawa suasana. Aku pun memutuskan untuk ngobrol berdua dengan
Rena sepulah sekolah nanti.
Angin sepoi-sepoi
menghembus kearah kami yang duduk di taman, suasana taman sore ini cukup
ramai. Aku mencoba membuka percakapan.
“Sejuk yah.. Enak banget buat tidur” Candaku disusul tawa kecil oleh Rena“Oh iya, besok kan ada Tugas Bahasa Indonesia, kamu udah buat belum? Perlu bantuan aku gak? Tapi bantu aku ya selesain matematika, haha” Sambungku.
“Sudah, aku sudah selesai keduanya. Kamu boleh liat kok Fiz!” Ucap Rena
“Okesip, nanti pulang, aku pinjem ya! Besok aku kasih di sekolah” Ucapku sambil tertawa kecil
“Oke, aku mau serius nih, kamu kenapa tadi canggung kita sama aku dan Nabilah?”
“Tidak, begini Fiz, kemarin kamu ngajak aku untuk ikut tahun acara tahun baru bukan? Tapi aku tidak bias ikut!”
“Hah? Gak bisa? Kenapa gak bisa? Aku mau bicarain hal penting”
“Maaf Fiz, setiap tahun baru, aku dan keluarga aku ada acara. Aku takut aku tidak diizinkan untuk ikut perayaan sekolah. Kemaren aku coba bilang sama kamu, tapi kamu keburu pergi. Aku mohon maaf, tapi aku akan usahakan untuk ikut kok.”
“Yah, mau gimana lagi, aku harap kamu bisa ikut yah”
•••
►Sabtu, 31 Desember 2016 – Minggu, 1 Januari 2017
Malam tahun baru ini,
aku dan Nabilah berangkat ke Sekolah untuk merayakan Tahun Baru. Aku
sudah memberi tahu Nabilah bahwa Rena tidak dapat hadir pada perayaan
Tahun baru ini. Kami tiba di Sekolah pukul setengah sebelah. Acara
dimulai pukul sebelas dan puncaknya tentu saja pukul dua belas.
Pada acara kali Ini
aku hanya banyak diam memikirkan Rena, sesuatu yang penting ingin
kusampaikan ini kelihatannya tidak akan tersampaikan. Nabilah sedang
asyik bersama teman temannya dan Anvil, teman ku di AKB48 Fans Club.
Waktu sudah
menunjukkan pukul setengah dua belas. Aku sudah menyerah, Rena pasti
tidak dating, pikirku. Aku pun berjalan sendiri menuju taman sekolah.
Taman tersebut terlihat sepi, bahkan kosong. Hanya ditemani hembusan
angin, aku duduk di bangku taman tersebut.
“Rena.. Rena.. kenapa sih kamu gak dateng! Asal kamu tau ya, aku itu juga sayang sama kamu!” Ucapku memukul diri sendiri
“Rena.. Rena.. kenapa sih kamu gak dateng! Asal kamu tau ya, aku itu juga sayang sama kamu!” Ucapku memukul diri sendiri
Di Lain Tempat, Rena mencoba menemui ayahnya yang sedang mempersiapkan makanan untuk acara keluarga mereka.
“Ayah, bisa kita bicara sebentar?” Ucap Rena pelan dengan kepala tertunduk
“Of course, mau bicara tentang apa?” Sambut Ayah Rena
“Ayah, malam ini, sekolahku mengadakan acara perayaan Tahun Baru. Aku ingin meminta izin ayah untuk mengikuti acara itu. Aku tau sudah terlambat, tapi ada seseorang yang ingin aku temui. Seseorang yang membuat aku senang dan nyaman tinggal di Indonesia ini!”
“Hmm, baiklah, jika itu memang yang kamu inginkan. Silahkan pergi, aku tau saat ini pasti dating, jadi.. Silahkan pergi ke Perayaan itu” Ujar Ayah Rena.
“Ayah, bisa kita bicara sebentar?” Ucap Rena pelan dengan kepala tertunduk
“Of course, mau bicara tentang apa?” Sambut Ayah Rena
“Ayah, malam ini, sekolahku mengadakan acara perayaan Tahun Baru. Aku ingin meminta izin ayah untuk mengikuti acara itu. Aku tau sudah terlambat, tapi ada seseorang yang ingin aku temui. Seseorang yang membuat aku senang dan nyaman tinggal di Indonesia ini!”
“Hmm, baiklah, jika itu memang yang kamu inginkan. Silahkan pergi, aku tau saat ini pasti dating, jadi.. Silahkan pergi ke Perayaan itu” Ujar Ayah Rena.
Rena pun berlari
menuju sekolahnya, di dalam hati, Rena selalu berdoa, semoga masih
sempat! Semoga masih sempat untuk menemui Hafiz. Setibanya di Sekolah,
Rena langsung mencari Hafiz. Ia berkeliling sekolah, mencari kesana
sini. Rena hampir menyerah, ia bahkan tidak menemukan Nabilah.
“Apakah mereka tidak datang di perayaan ini?” Ujar Rena sambil menangis
Duar!! Sebuah kembang
api meletus di Udara. Menandakan Tahun telah berganti, Rena hanya bisa
menangis mendengar kembang api tersebut. Ia sedih tidak bisa menjumpai
Hafiz dan mendengarkan Hal penting yang akan disampaikan Hafiz.
Seorang wanita
menghampiri Rena, ia mengajak Rena untuk berdiri dan membimbing Rena
berjalan menuju ke Taman. Wanita itu adalah Nabilah, Nabilah tau bahwa
Rena dating kemari untuk mencari Hafiz. “Ayo, itu Hafiz di Taman. Semoga
beruntung yah! Hihi” Ucap Nabilah sambil tertawa kecil.
“Rena.. Rena.. kenapa sih kamu gak datang? Padahal kan aku mau ngasih tau sesuatu yang penting!” Ujarku memarahi diri sendiri
“Penting? Apa emang fiz?” Ujar Sebuah suara
“Aku itu sayang banget sama kamu! Aku juga mau ucapin selamat ul.. ehh” Belum selesai berbicara, aku tersadar akan sesuatu. Aku berdiri dari bangku dan menghadap belakang. Ternyata suara tersebut adalah suara Rena.
“Selamat Ul apa fiz?” Ujar Rena tertawa kecil
“Selamat Ulang Tahun Rena! Maaf aku telat setahun yah!” Ujarku sambil tertawa kecil.“Rena.. Rena.. kenapa sih kamu gak datang? Padahal kan aku mau ngasih tau sesuatu yang penting!” Ujarku memarahi diri sendiri
“Penting? Apa emang fiz?” Ujar Sebuah suara
“Aku itu sayang banget sama kamu! Aku juga mau ucapin selamat ul.. ehh” Belum selesai berbicara, aku tersadar akan sesuatu. Aku berdiri dari bangku dan menghadap belakang. Ternyata suara tersebut adalah suara Rena.
“Selamat Ul apa fiz?” Ujar Rena tertawa kecil
►◄ ƌƉițȳƌ ▲▼
Tidak ada komentar:
Posting Komentar